Tuesday, March 18, 2014

MY STORY: Enchanted (Part 2)



Sambungan dari Enchanted Part 1

Rabu, 5 Maret 2014, Jam 19.00
Tuuutt....tuuut...tuuuutt... suara teleponku menelepon Bang Ardy

"Halo Bang, aku ke sana sekarang ya. Udah mau jalan nih."

"Oke dek. Hati-hati di jalan ya. Nanti tunggu di Indomaret dekat hotel aja ya. Abang gak mau nanti temen abang ngeliat abang keluar sama orang lain."

"Oke sip."

Aku pun menghidupkan motorku, memasang helm abu-abu, mengaitkan resleting jaket hitamku, dan mulai bergerak melaju jalanan Kota Yogyakarta yang cukup padat pada malam itu.

Aku berhenti di perempatan lampu merah di Tugu Jogja yang terkenal itu. Masih sepi, belum banyak orang yang duduk-duduk di sekeliling Tugu Jogja itu. Anehnya di Jogja adalah, semakin malam, orang-orang di luar semakin rame, bukan semakin sepi.

Lampu sudah hijau, aku kembali mengendarai motorku melintasi jalanan Kota Yogyakarta yang dipenuhi dengan lampu-lampu jalan dan sorot lampu motor dan mobil dari depan, menyilaukan mataku yang punya sedikit masalah kalo udah ngeliat cahaya silau.
 
Aku pun akhirnya tiba di Indomaret di dekat Hotel X tempat Bang Ardy menginap di Jogja

"Bang, aku udah sampai di Indomaret. Aku mau beli minum dulu di dalam. Kalo mau, samperin aku di dalam ya. Aku pake jaket hitam, celana jeans biru donker.", aku mengirim SMS ke Bang Ardy.

Ketika aku hendak membayar minuman di kasir, terlihat seorang pria berkacamata dan berambut lurus dengan kaos warna biru muda dan celana jeans abu-abu. Terlihat di wajahnya yang putih bersih, kumis yang terlihat baru saja dicukur, dan jenggot yang tidak terlalu lebat namun rapi, menambah rasa gregetku terhadapnya malam itu. Body-nya biasa aja. namun tetap saja membuat jantungku sedikit berdetak kencang.

"Hey, dek Aan. Apa kabar?", sapanya dengan mengulurkan tangannya hendak bersalaman denganku.

"Oh, Bang Ardy? Baik bang Alhamdulillah." aku pun membalas jabat tangannya. "Abang sendiri apa kabar?"

"Baik juga dek Alhamdulillah."

"Bentar ya bang, aku bayar minumanku di kasir dulu. Abang tunggu di luar aja ya."

"Oke dek."

Aku pun membayar minumanku di kasir, setelah selesai, lalu aku melangkahkan kaki menghampiri Bang Ardy yang sedang duduk di atas motorku.

"Jauh gak dek dari kos ke sini?", tanyanya memulai pembicaraan.

"Gak terlalu lah bang. Palingan cuman 10 menit. Tapi tadi karena macet di Tugu Jogja situ, jadinya telat dikit."

"Oh, gitu. Ya gapapa. Oh ya dek, kamu udah makan? Kita makan yuk."

"Belum bang. Emang abang mau makan di mana?"

"Hmm..terserah adek aja, yang mana yang enak."

"Oke, yuk kita berangkat. Nih, pake helmnya bang.

Aku pun menghidupkan motorku, dan kami mulai berjalan entah kemana tujuan kami. Tujuan kami emang mau makan, tapi aku belum tau mau makan di mana.

"Bang Ardy pernah ke Raminten?, tanyaku saat kami di perjalanan.

"Pernah dek, tapi udah lama, tahun 2009 pas abang training di Jogja selama 2 bulan."

"Oh, gitu. Yaudah, kita ke sana aja mau?"

"Boleh deh.

Aku pun semakin melaju motorku lebih cepat, karena aku tahu, Raminten itu gak akan pernah sepi, kecuali jam 1 pagi.

Sesampainya di Raminten, petugas parkir bilang kalo Raminten lagi rame banget dan ngantri. Akhirnya kami berdua membatalkan niat kami untuk makan di Raminten.

"Yaaah, bang. Gimana nih? Ramintennya rame banget."

"Ya udah dek, cari tempat lain aja ya."

"Kalo makan gudeg mau gak bang?", tanyaku menawarinya.

"Ehh? Enggak dek. Abang gak suka. Aneh rasanya di lidah abang."

"Hmmm...makan apa ya? Kalo makan bebek goreng mau gak bang? Abang suka gak?"

"Boleh dek. Jauh gak dari sini?"

"Enggak kok. Paling cuman 10-15 menitan."

"Oke, yuk kita berangkat."

Aku kembali menghidupkan motorku, dan mulai melaju ke tempat makan bebek goreng yang cukup terkenal di Kota Jogja tersebut.

Selama perjalanan, aku gak banyak bicara, karena aku terlalu berat untuk mengeluarkan kata-kata disaat aku sedang membawa penumpang berupa seorang pria berumur 28 tahun yang cukup menarik.

Jujur, aku gak bisa membohongi diriku sendiri kalo dari dulu sampai sekarang pun aku masih suka sama si Bang Ardy ini.

Dulu, aku sempat berpikir, mustahil bagiku untuk bisa bertemu dengan orang seperti dia. Aku mikir, dia cakep, ganteng, manis juga, pasti banyak yang suka sama dia, banyak yang ngejar-ngejar dia, mana mungkin dia mau ketemuan sama orang sepertiku yang notabene biasa-biasa aja? Cakep enggak, gendut iya.

Ya sekarang gak nyangka aja bisa ketemu dengan Bang Ardy. Serasa kayak mimpi jadi kenyataan. Kalo ditanya senang apa enggak, ya pasti seneng banget. Hal yang mustahil terjadi pun akhirnya bisa jadi kenyataan pula.


Akhirnya 15 menit kemudian kami sampai di warung bebek goreng tersebut.

Kami langsung duduk di meja nomor 4, yang terletak di pinggir ruangan, dan langsung memesan menu yang sudah tersedia di situ.

Kami memesan 2 bebek goreng, 1 jus jeruk dan 1 gula asem.

Percakapan di tempat tersebut pun dimulai.... (Bersambung ke Enchanted Part 3)

No comments:

Post a Comment

YOU MIGHT ALSO LIKE: