Rabu, 5 Maret 2014, Jam 19.20 WIB
"Dek, gimana nih kuliahnya? Lancar kah?", Bang Ardy memulai percakapan antara kami berdua terlebih dahulu
"Alhamdulillah bang lancar. Semester lalu bener-bener sibuk banget. Kalo sekarang sih tetap sibuk, tapi gak sesibuk semester yang lalu."
"Selain kuliah, kegiatan lain apa dek?"
"Hmmm....paling les B. Inggris, sama organisasi aja. Ya, mau menyibukkan diri aja deh. Kemarin niatnya malah pengen latihan bulutangkis gitu bang, tapi kayaknya niatnya belum mantap nih. Haha"
"Alhamdulillah bang lancar. Semester lalu bener-bener sibuk banget. Kalo sekarang sih tetap sibuk, tapi gak sesibuk semester yang lalu."
"Selain kuliah, kegiatan lain apa dek?"
"Hmmm....paling les B. Inggris, sama organisasi aja. Ya, mau menyibukkan diri aja deh. Kemarin niatnya malah pengen latihan bulutangkis gitu bang, tapi kayaknya niatnya belum mantap nih. Haha"
"Bulutangkis? Haha... Kalo abang tinggal di Jogja, abang latih adek tiap hari juga gak apa-apa."
"Gak mau ah. Nanti jadi gak konsen, karena pasti aku digangguin terus."
Kemudian seorang pelayan pun datang dengan membawakan 1 gelas jus jeruk dan 1 gelas gula asem. Percakapan kami berdua pun kembali berlanjut.
"Jadi sekarang jomblo nih dek?", tanya Bang Ardy dengan suara pelan.
"Hmmm...abang bukannya udah tau ya?"
"Maksudnya? Tau apa nih dek?", wajah Bang Ardy penuh dengan tanda tanya.
"Ya, aku udah balikan dengan Bang Joe."
"Oh ya? Abang gak tau tuh"
"Ya jelas lah abang gak tau. Kita kan udah lama banget gak ngobrol-ngobrol. Di BBM pun juga udah gak pernah lagi kan. Terakhir kali kapan coba? Terakhir kali ya past aku curhat ke abang tentang Bang Joe di BBM itu kan? Yang aku putus karena....ya gitu deh. Masih inget gak?"
"Iya, inget. Iya juga sih, udah lama banget ya.", balas Bang Ardy.
Aku menatap wajah Bang Ardy saat dia menunduk. Feelingku mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan, tapi aku gak tau apa itu. Saat dia mengangkat wajahnya dan menatapku balik, aku lihat matanya, seakan menyimpan sesuatu yang tak aku ketahui. Feelingku sedikit tidak enak saja.
"Oh ya, jadi, kapan balikannya dengan Bang Joe?"
"Hmmmm..akhir bulan Desember lalu bang, 2 hari sebelum tahun baru. Aku ke Jakarta tanggal 30 Desember untuk nemuin dia, saat itu kan aku libur minggu tenang sebelum UAS. Yaudah, lantaran aku gak ada kegiatan, dia akhirnya ngajak aku ke Jakarta."
"Jadi sekarang jomblo nih dek?", tanya Bang Ardy dengan suara pelan.
"Hmmm...abang bukannya udah tau ya?"
"Maksudnya? Tau apa nih dek?", wajah Bang Ardy penuh dengan tanda tanya.
"Ya, aku udah balikan dengan Bang Joe."
"Oh ya? Abang gak tau tuh"
"Ya jelas lah abang gak tau. Kita kan udah lama banget gak ngobrol-ngobrol. Di BBM pun juga udah gak pernah lagi kan. Terakhir kali kapan coba? Terakhir kali ya past aku curhat ke abang tentang Bang Joe di BBM itu kan? Yang aku putus karena....ya gitu deh. Masih inget gak?"
"Iya, inget. Iya juga sih, udah lama banget ya.", balas Bang Ardy.
Aku menatap wajah Bang Ardy saat dia menunduk. Feelingku mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan, tapi aku gak tau apa itu. Saat dia mengangkat wajahnya dan menatapku balik, aku lihat matanya, seakan menyimpan sesuatu yang tak aku ketahui. Feelingku sedikit tidak enak saja.
"Oh ya, jadi, kapan balikannya dengan Bang Joe?"
"Hmmmm..akhir bulan Desember lalu bang, 2 hari sebelum tahun baru. Aku ke Jakarta tanggal 30 Desember untuk nemuin dia, saat itu kan aku libur minggu tenang sebelum UAS. Yaudah, lantaran aku gak ada kegiatan, dia akhirnya ngajak aku ke Jakarta."
"Berarti tahun baruan di Jakarta dong ya?"
"Iya, gitu deh. Hehehe."
"Trus balik ke Jogja-nya kapan dek?"
"Sekitar tanggal 3 Januari aku balik ke Jogja lagi."
"Oh, gitu. Oh ya, emang putusnya kapan?", tanya Bang Ardy dengan tatapannya yang masih menyimpan sesuatu.
"Hmm...sekitar bulan September kalo gak salah. Ya, panjang deh ceritanya."
"Berarti udah lama juga ya kalian putusnya, sekitar 3 bulan gitu."
Akhirnya makanan kami berdua pun datang, satu piring dengan dua bebek goreng plus lalapan dan sambel yang terkenal bikin huh-hah itu...
Sambil kami menyantap makanan kami masing-masing, aku pun melanjutkan obrolanku dengan Bang Ardy.
"Oh ya bang. Abang udah pernah ngeliat fotonya Bang Joe?"
Dia hanya diam, tidak menjawab "belum" atau "udah". Disini aku mulai ada sesuatu yang sedikit aneh saja. Tapi aku tepis perasaan aneh itu, dan tidak mau berpikiran negatif.
Aku pun mulai mengeluarkan Androidku dari saku celanaku, dan mulai memperlihatkan foto Bang Joe ke hadapan Bang Ardy.
"Ini bang, fotonya Bang Joe. Udah pernah liat belum?", tanyaku ke Bang Ardy.
"Oh, ini...", jawabnya singkat.
Entah kenapa ketika aku memperlihatkan foto Bang Joe kepada Bang Ardy, dia tidak ada tanggapan apapun. Tidak ada sama sekali. Aku kembali menatap wajahnya, perasaan anehku terhadap dia semakin meningkat. Bahkan dia beralih ke topik yang lain.
"Besok kuliah jam berapa dek?", tanyanya kepadaku.
"Pagi bang, jam 9, trus jam 11 ada praktikum sama jam 2 siang sih."
"Besok sore mau nonton gak? Ada film bagus nih, judulnya Non-Stop. Adek udah nonton?"
"Belum bang. Jam berapa mau nonton?"
"Ya, sekitar jam 8 atau 9 gitu aja. Abang selesai training jam 6 sore, nanti jemput abang ya. Terus kita langsung pergi nonton."
"Oh yaudah, kabarin aja ya bang."
"Sipsipsip."
Setelah selesai makan, kami pun berjalan ke kasir untuk membayar. Awalnya sih aku berniat untuk traktirin Bang Ardy makan, tapi dia tolak.
Kami berjalan ke parkiran motor, memakai helm, aku pun menghidupkan motorku, dan kami berdua melaju kembali ke Hotel X dimana Bang Ardy menginap.
Selama perjalanan mengantar Bang Ardy ke hotel, terkadang kami tertawa bersama dengan leluconnya yang dia lontarkan, terkadang aku yang bercanda, sampai-sampai hampir keserempet mobil.
Akhirnya kami sampai juga di Hotel X.
"Oke dek. Makasih ya udah mau nemenin abang malam ini. Besok abang kabarin deh ya.
"Oke bang. Kabarin aja ya."
Aku pun menyalami Bang Ardy layaknya seorang yang lebih tua terhadap seorang yang lebih muda, no kiss, no hug, nothing more than that.
Dan aku kembali menghidupkan mesin motorku dan melaju kembali ke kos, dengan menyisakan perasaan aneh yang aku rasakan ketika di tempat makan tadi...
Ah sudahlah.... #akurapopo (Bersambung ke Enchanted Part 4)
Akhirnya makanan kami berdua pun datang, satu piring dengan dua bebek goreng plus lalapan dan sambel yang terkenal bikin huh-hah itu...
Sambil kami menyantap makanan kami masing-masing, aku pun melanjutkan obrolanku dengan Bang Ardy.
"Oh ya bang. Abang udah pernah ngeliat fotonya Bang Joe?"
Dia hanya diam, tidak menjawab "belum" atau "udah". Disini aku mulai ada sesuatu yang sedikit aneh saja. Tapi aku tepis perasaan aneh itu, dan tidak mau berpikiran negatif.
Aku pun mulai mengeluarkan Androidku dari saku celanaku, dan mulai memperlihatkan foto Bang Joe ke hadapan Bang Ardy.
"Ini bang, fotonya Bang Joe. Udah pernah liat belum?", tanyaku ke Bang Ardy.
"Oh, ini...", jawabnya singkat.
Entah kenapa ketika aku memperlihatkan foto Bang Joe kepada Bang Ardy, dia tidak ada tanggapan apapun. Tidak ada sama sekali. Aku kembali menatap wajahnya, perasaan anehku terhadap dia semakin meningkat. Bahkan dia beralih ke topik yang lain.
"Besok kuliah jam berapa dek?", tanyanya kepadaku.
"Pagi bang, jam 9, trus jam 11 ada praktikum sama jam 2 siang sih."
"Besok sore mau nonton gak? Ada film bagus nih, judulnya Non-Stop. Adek udah nonton?"
"Belum bang. Jam berapa mau nonton?"
"Ya, sekitar jam 8 atau 9 gitu aja. Abang selesai training jam 6 sore, nanti jemput abang ya. Terus kita langsung pergi nonton."
"Oh yaudah, kabarin aja ya bang."
"Sipsipsip."
Setelah selesai makan, kami pun berjalan ke kasir untuk membayar. Awalnya sih aku berniat untuk traktirin Bang Ardy makan, tapi dia tolak.
Kami berjalan ke parkiran motor, memakai helm, aku pun menghidupkan motorku, dan kami berdua melaju kembali ke Hotel X dimana Bang Ardy menginap.
Selama perjalanan mengantar Bang Ardy ke hotel, terkadang kami tertawa bersama dengan leluconnya yang dia lontarkan, terkadang aku yang bercanda, sampai-sampai hampir keserempet mobil.
Akhirnya kami sampai juga di Hotel X.
"Oke dek. Makasih ya udah mau nemenin abang malam ini. Besok abang kabarin deh ya.
"Oke bang. Kabarin aja ya."
Aku pun menyalami Bang Ardy layaknya seorang yang lebih tua terhadap seorang yang lebih muda, no kiss, no hug, nothing more than that.
Dan aku kembali menghidupkan mesin motorku dan melaju kembali ke kos, dengan menyisakan perasaan aneh yang aku rasakan ketika di tempat makan tadi...
Ah sudahlah.... #akurapopo (Bersambung ke Enchanted Part 4)
No comments:
Post a Comment