Kamis, 6 Maret 2014
Hari ini aku kembali dengan rutinitas kuliahku seperti biasa. Untuk hari kamis aku masuk kuliah jam 7 pagi sampai jam 9 pagi, jam 9 pagi dilanjutkan dengan mengerjakan laporan di kampus sampai jam 2 siang. Jam 2 siang ada kuliah lagi, dan jam 4 sampai jam 6 sore ada kuliah tambahan.
Ini udah kayak jadwal stripping sinetron aja nih. Udah serasa artis papan atas yang jadwalnya sibuk tiada tentu. Pagi satu jadwal, siang jadwal lain, dua jam kemudian udah harus dateng ke jadwal lain...
Setelah selesai kuliah jam 6 sore, aku keluar dari ruang kuliah, melangkahkan kakiku ke parkiran motor, dan aku kembali ke kamar kosku sebentar untuk mandi. Setelah selesai mandi, aku melihat handphoneku, dan aku melihat ada SMS dari Bang Ardy.
"Dek, jadi nonton di Amplaz (Ambarrukmo Plaza) kan?"
"Iya bang, jadi. Ini baru selesai mandi. Tadi kuliahnya full banget. Ini jam setengah 7 aku langsung ke sana. Abang udah pulang training?"
"Iya dek, udah selesai mandi. Yaudah, abang tunggu di Indomaret ya."
"Oke bang."
Aku pun mulai mengganti pakaianku, memakai minyak wangi (ceileee), menghidupkan mesin motorku, dan mulai melaju menuju Indomaret di dekat Hotel X tempat pertama kali aku bertemu dengan Bang Ardy di Jogja.
Sekitar 15 menit perjalanan dari kosku ke tempat Bang Ardy, akhirnya aku bertemu dengannya pada malam itu.
Malam itu aku melihatnya dengan celana jeans berwarna biru tua, dengan setelan pakaian sweater berwarna abu-abu, dan dengan wajahnya yang seperti biasa membuatku deg-degan berada di dekatnya. Dengan paras wajah yang putih bersih, jenggot yang agak lebat namun tercukur rapi, kumis yang terlihat tipis yang sepertinya baru dicukur, dan dengan kacamata yang menambah nilai manis pada wajahnya itu.
Well....sejak pertama kali aku mengenalnya di BBM dan sampai hari kemarin pun, aku masih berpikir bahwa dia adalah seorang TOP. Tapi....setelah melihat penampilannya sekarang, dan....gaya bicaranya aku taksir dia adalah seorang BOT. Hmmm..gimana ya? Ada satu kesan yang aku pikir dia bukanlah seorang TOP. Biasanya seorang TOP itu sih, bagiku, lebih berwibawa dan kesannya lebih mature, baik dalam bertutur kata, bersikap, bahkan dari cara jalannya pun keliatan jelas, mana yang TOP, mana yang BOT.
Ini udah kayak jadwal stripping sinetron aja nih. Udah serasa artis papan atas yang jadwalnya sibuk tiada tentu. Pagi satu jadwal, siang jadwal lain, dua jam kemudian udah harus dateng ke jadwal lain...
Setelah selesai kuliah jam 6 sore, aku keluar dari ruang kuliah, melangkahkan kakiku ke parkiran motor, dan aku kembali ke kamar kosku sebentar untuk mandi. Setelah selesai mandi, aku melihat handphoneku, dan aku melihat ada SMS dari Bang Ardy.
"Dek, jadi nonton di Amplaz (Ambarrukmo Plaza) kan?"
"Iya bang, jadi. Ini baru selesai mandi. Tadi kuliahnya full banget. Ini jam setengah 7 aku langsung ke sana. Abang udah pulang training?"
"Iya dek, udah selesai mandi. Yaudah, abang tunggu di Indomaret ya."
"Oke bang."
Aku pun mulai mengganti pakaianku, memakai minyak wangi (ceileee), menghidupkan mesin motorku, dan mulai melaju menuju Indomaret di dekat Hotel X tempat pertama kali aku bertemu dengan Bang Ardy di Jogja.
Sekitar 15 menit perjalanan dari kosku ke tempat Bang Ardy, akhirnya aku bertemu dengannya pada malam itu.
Malam itu aku melihatnya dengan celana jeans berwarna biru tua, dengan setelan pakaian sweater berwarna abu-abu, dan dengan wajahnya yang seperti biasa membuatku deg-degan berada di dekatnya. Dengan paras wajah yang putih bersih, jenggot yang agak lebat namun tercukur rapi, kumis yang terlihat tipis yang sepertinya baru dicukur, dan dengan kacamata yang menambah nilai manis pada wajahnya itu.
Well....sejak pertama kali aku mengenalnya di BBM dan sampai hari kemarin pun, aku masih berpikir bahwa dia adalah seorang TOP. Tapi....setelah melihat penampilannya sekarang, dan....gaya bicaranya aku taksir dia adalah seorang BOT. Hmmm..gimana ya? Ada satu kesan yang aku pikir dia bukanlah seorang TOP. Biasanya seorang TOP itu sih, bagiku, lebih berwibawa dan kesannya lebih mature, baik dalam bertutur kata, bersikap, bahkan dari cara jalannya pun keliatan jelas, mana yang TOP, mana yang BOT.
Tapi....aku rasa prasangkaku yang selama ini Bang Ardy itu adalah TOP, tapi sejak malam ini, aku berubah pikiran, bahwa dia adalah BOT. Mungkin karena dulu belum pernah ketemu kali ya, makanya aku hanya bisa menilai seseorang apakah dia TOP atau BOT cuman dari fotonya doang. Sekarang, aku bisa bertemu dan melihat langsung sosok Bang Ardy, dan aku semakin yakin kalau dia itu BOT.
Well, tapi aku gak berani untuk bertanya apakah dia TOP atau BOT, soalnya untuk apa juga kan ya? Biasanya pertanyaan semacam itu "kamu TOP atau BOT?" bakalan mengarah ke ML. Tapi....aku sama sekali gak pernah terbesit di pikiranku dan berharap untuk mengarah ke ML. Setidaknya aku pengen bisa lebih akrab aja sih.
"Yuk, dek. Kita langsung ke Amplaz ya.", kata Bang Ardy kepadaku.
"Oke bang..."
Aku pun kembali menghidupkan motorku dengan memboncengi Bang Ardy yang ada di belakangku menuju Ambarrukmo Plaza atau biasa disingkat dengan Amplaz. Kuberikan helm kepada Bang Ardy yang aku bawa dari kosku, dan kami pun melaju melintasi jalanan malam Kota Yogyakarta.
Sepanjang perjalanan, seperti biasa Bang Ardy mengisi kekosongan dengan lelucon-leluconnya yang menurutku sih sedikit garing, tapi tetap saja lucu.
Namun, yang gak aku duga sama sekali adalah, dia terkadang iseng memegang perutku dan memelukku. Dia melakukan itu bahkan gak cuman sekali, tapi 2 atau 3 kali kalau tidak salah. Well, aku gak bisa berkomentar apa-apa, karena saking gugupnya ketika dia memelukku. Awalnya sih senang pas dia ngelakuin itu, tapi jujur sih, agak risih aja...Gak tau kenapa. Agak aneh rasanya dipeluk sama orang yang gak aku cinta dan aku sayang.
Setelah sampai di Amplaz dan memarkirkan motorku di parkiran, kami berdua pun langsung menuju lantai teratas di mana counter bioskopnya berada. Kami berdua langsung berjalan dengan cepat agar bisa segera mendapat tiket. Sesampai di counter tiket, untunglah tidak banyak orang yang mengantri, sehingga kami tidak perlu menunggu berlama-lama untuk mendapatkan tiket. Setelah memesan tiket nonton film "Non-Stop" di counter dan mendapatkan tempat duduk B13 dan B14 untuk tiket jam 20.30, Bang Ardy mengajakku untuk makan.
"Dek, udah makan malam? Pasti belum kan ya?" tanya Bang Ardy.
"Udah sih, tapi tadi makannya cuman roti doang. Tapi makan roti udah cukup kenyang, jadi agak malas makan gitu. Abang mau makan apa?
"Hmmm...pengennya sih nasi goreng."
"Yaudah, kita ke FoodCourt di ujung situ aja ya."
Kami pun berjalan santai dari counter tiket bioskop menuju foodcourt yang terletak berseberangan. Sepanjang kami berjalan bersama, banyak orang yang berlalu lalang berjalan-jalan, sembari melihat kami berdua berjalan berbarengan. Entah kenapa aku merasa cukup bangga bisa berjalan bareng Bang Ardy. Karena apa? Ya, ada rasa bangga aja kalo misalnya orang-orang ngeliatin aku jalan bareng dengan Bang Ardy yang manis dan cakep itu, walaupun mungkin orang berpikir kalau kami ini pasangan, tapi nyatanya kan cuman temenan doang. Hahahaha...Tapi ya itu...ngerasa lebih keren aja..,
Setelah sampai di foodcourt, Bang Ardy pun lalu memesan nasi goreng seperti yang dia inginkan. Di counter minuman, Bang Ardy memesan jus jeruk, sedangkan aku hanya memesan Lemon Tea hangat, karena sepertinya badanku cukup capek dengan rutinitas pada hari ini, dan juga badanku agak masuk angin.
Kami pun duduk di bagian tengah dari foodcourt tersebut. Kami melihat suasana sekeliling FoodCourt, cukup rame juga pada malam itu. Ada yang sedang makan malam bersama keluarganya, ada juga beberapa pasang muda-mudi saling bercengkrama, ada juga anak-anak kuliahan yang saling tertawa terbahak-bahak, dan ada juga sepasang pria yang sedang mengobrol bersama, yaitu kami. Hehehehe
Well, tapi aku gak berani untuk bertanya apakah dia TOP atau BOT, soalnya untuk apa juga kan ya? Biasanya pertanyaan semacam itu "kamu TOP atau BOT?" bakalan mengarah ke ML. Tapi....aku sama sekali gak pernah terbesit di pikiranku dan berharap untuk mengarah ke ML. Setidaknya aku pengen bisa lebih akrab aja sih.
"Yuk, dek. Kita langsung ke Amplaz ya.", kata Bang Ardy kepadaku.
"Oke bang..."
Aku pun kembali menghidupkan motorku dengan memboncengi Bang Ardy yang ada di belakangku menuju Ambarrukmo Plaza atau biasa disingkat dengan Amplaz. Kuberikan helm kepada Bang Ardy yang aku bawa dari kosku, dan kami pun melaju melintasi jalanan malam Kota Yogyakarta.
Sepanjang perjalanan, seperti biasa Bang Ardy mengisi kekosongan dengan lelucon-leluconnya yang menurutku sih sedikit garing, tapi tetap saja lucu.
Namun, yang gak aku duga sama sekali adalah, dia terkadang iseng memegang perutku dan memelukku. Dia melakukan itu bahkan gak cuman sekali, tapi 2 atau 3 kali kalau tidak salah. Well, aku gak bisa berkomentar apa-apa, karena saking gugupnya ketika dia memelukku. Awalnya sih senang pas dia ngelakuin itu, tapi jujur sih, agak risih aja...Gak tau kenapa. Agak aneh rasanya dipeluk sama orang yang gak aku cinta dan aku sayang.
Setelah sampai di Amplaz dan memarkirkan motorku di parkiran, kami berdua pun langsung menuju lantai teratas di mana counter bioskopnya berada. Kami berdua langsung berjalan dengan cepat agar bisa segera mendapat tiket. Sesampai di counter tiket, untunglah tidak banyak orang yang mengantri, sehingga kami tidak perlu menunggu berlama-lama untuk mendapatkan tiket. Setelah memesan tiket nonton film "Non-Stop" di counter dan mendapatkan tempat duduk B13 dan B14 untuk tiket jam 20.30, Bang Ardy mengajakku untuk makan.
"Dek, udah makan malam? Pasti belum kan ya?" tanya Bang Ardy.
"Udah sih, tapi tadi makannya cuman roti doang. Tapi makan roti udah cukup kenyang, jadi agak malas makan gitu. Abang mau makan apa?
"Hmmm...pengennya sih nasi goreng."
"Yaudah, kita ke FoodCourt di ujung situ aja ya."
Kami pun berjalan santai dari counter tiket bioskop menuju foodcourt yang terletak berseberangan. Sepanjang kami berjalan bersama, banyak orang yang berlalu lalang berjalan-jalan, sembari melihat kami berdua berjalan berbarengan. Entah kenapa aku merasa cukup bangga bisa berjalan bareng Bang Ardy. Karena apa? Ya, ada rasa bangga aja kalo misalnya orang-orang ngeliatin aku jalan bareng dengan Bang Ardy yang manis dan cakep itu, walaupun mungkin orang berpikir kalau kami ini pasangan, tapi nyatanya kan cuman temenan doang. Hahahaha...Tapi ya itu...ngerasa lebih keren aja..,
Setelah sampai di foodcourt, Bang Ardy pun lalu memesan nasi goreng seperti yang dia inginkan. Di counter minuman, Bang Ardy memesan jus jeruk, sedangkan aku hanya memesan Lemon Tea hangat, karena sepertinya badanku cukup capek dengan rutinitas pada hari ini, dan juga badanku agak masuk angin.
Kami pun duduk di bagian tengah dari foodcourt tersebut. Kami melihat suasana sekeliling FoodCourt, cukup rame juga pada malam itu. Ada yang sedang makan malam bersama keluarganya, ada juga beberapa pasang muda-mudi saling bercengkrama, ada juga anak-anak kuliahan yang saling tertawa terbahak-bahak, dan ada juga sepasang pria yang sedang mengobrol bersama, yaitu kami. Hehehehe
Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya makanan Bang Ardy dan minuman kami berdua pun datang.
Selama kami di foodcourt itu, tidak banyak pembicaraan yang dibahas. Ya paling cerita-cerita tentang pacar ceweknya Bang Ardy yang ada di Medan sekarang yang berencana untuk menikah tahun depan. Selain itu, dia cerita kalau dia masih sayang dengan mantannya (cowok), tapi mantannya sama sekali tidak merespon.
Saat itu, dia yang lebih banyak bercerita. Aku hanya menatap wajahnya yang aduhai itu. Jantungku semakin berdetak kencang. Tidak banyak yang bisa kulakukan selain menatap wajahnya itu. Entah kenapa semakin lama aku melihat wajah Bang Ardy, aku semakin suka. Tapi aku cuman sekedar suka saja, nggak pengen sayang, atau bahkan cinta.
Setelah selesai makan malam, kami pun mulai melangkahkan kaki kembali ke bioskop di seberang, karena jam sudah menunjukkan 20.20, dan film akan segera dimulai.
Kami pun duduk di tempat duduk yang sesuai dengan tulisan yang tertera di tiket kami. Lampu ruangan bioskop dimatikan, dan film pun akhinrya di mulai.
Namun....di tengah-tengah film berlangsung, entah kenapa aku ingin sekali memegang tangannya, tapi aku gak berani untuk mengungkapkannya secara langsung pada Bang Ardy. Gak tau, aneh saja rasanya, aku pengen memegang tangan Bang Ardy.
Jadi dengan cupunya, aku SMS Bang Ardy (padahal dia sangat tepat di sampingku), aku bilang "boleh minta satu hal gak? Aku boleh pegang tangan abang?"
Setelah aku SMS, aku diam sejenak. Namun beberapa saat kemudian, aku terkejut. Tak kusangka ternyata SMS ku direspon oleh Bang Ardy, maka tanganku pun akhirnya dipegang oleh Bang Ardy. Pegangan tangan itu cukup erat. Terkadang sesekali dia mengelus-elus punggung tanganku dan meremas tanganku. Aku pun membalasnya juga.
Selama kami di foodcourt itu, tidak banyak pembicaraan yang dibahas. Ya paling cerita-cerita tentang pacar ceweknya Bang Ardy yang ada di Medan sekarang yang berencana untuk menikah tahun depan. Selain itu, dia cerita kalau dia masih sayang dengan mantannya (cowok), tapi mantannya sama sekali tidak merespon.
Saat itu, dia yang lebih banyak bercerita. Aku hanya menatap wajahnya yang aduhai itu. Jantungku semakin berdetak kencang. Tidak banyak yang bisa kulakukan selain menatap wajahnya itu. Entah kenapa semakin lama aku melihat wajah Bang Ardy, aku semakin suka. Tapi aku cuman sekedar suka saja, nggak pengen sayang, atau bahkan cinta.
Setelah selesai makan malam, kami pun mulai melangkahkan kaki kembali ke bioskop di seberang, karena jam sudah menunjukkan 20.20, dan film akan segera dimulai.
Kami pun duduk di tempat duduk yang sesuai dengan tulisan yang tertera di tiket kami. Lampu ruangan bioskop dimatikan, dan film pun akhinrya di mulai.
Namun....di tengah-tengah film berlangsung, entah kenapa aku ingin sekali memegang tangannya, tapi aku gak berani untuk mengungkapkannya secara langsung pada Bang Ardy. Gak tau, aneh saja rasanya, aku pengen memegang tangan Bang Ardy.
Jadi dengan cupunya, aku SMS Bang Ardy (padahal dia sangat tepat di sampingku), aku bilang "boleh minta satu hal gak? Aku boleh pegang tangan abang?"
Setelah aku SMS, aku diam sejenak. Namun beberapa saat kemudian, aku terkejut. Tak kusangka ternyata SMS ku direspon oleh Bang Ardy, maka tanganku pun akhirnya dipegang oleh Bang Ardy. Pegangan tangan itu cukup erat. Terkadang sesekali dia mengelus-elus punggung tanganku dan meremas tanganku. Aku pun membalasnya juga.
Namun, semakin lama Bang Ardy menggenggam erat tanganku, ada perasaan untuk menyayanginya. Dalam hatiku, ada apa ini? Apa-apaan ini? Tidak mungkin bagiku untuk menyayanginya. Aku gak bisa melakukan itu. Aku masih punya pacar, yaitu Bang Joe.
Ketika pikiranku mulai mengarah untuk menyayangi Bang Ardy, di saat itulah pikiranku dipenuhi dengan bayang-bayang Bang Joe.
Aku tahu aku salah, aku tahu aku telah mengkhianati Bang Joe kali ini. Padahal sebelumnya aku telah berjanji bahwa aku akan setia padanya, tapi aku telah melakukan ini, yaitu ada perasaan sayang terhadap orang lain disaat aku punya pacar.
Tapi....munculnya rasa sayangku ke Bang Ardy itu hanyalah sekedar rasa sayang biasa. Maksudnya, aku suka sama Bang Ardy, tapi cuman dari fisiknya saja. Keinginanku untuk menyayangi Bang Ardy adalah, aku hanya ingin sekedar sayang sebagai abang adik saja. Dulu sih, aku sering curhat sama Bang Ardy, ya, cerita semuanya deh. Jadi aku berharap aku bisa tetap dekat sama Bang Ardy hanya sebatas sayang abang adik.
Tapi aku juga kurang paham gimana sih sayang abang adik itu, disaat aku punya pacar? Hmmm...mungkin bagiku aku hanya ingin lebih akrab, lebih dekat, jadi kalo aku ada masalah dengan Bang Joe, aku bisa curhat ke Bang Ardy, karena untuk saat ini aku gak punya teman curhat. Dulu sih ada 2 teman kuliahku, tapi sekarang udah jarang ngebahas atau curhat-curhat kayak gini karena kesibukan masing-masing.
Ketika pikiranku mulai mengarah untuk menyayangi Bang Ardy, di saat itulah pikiranku dipenuhi dengan bayang-bayang Bang Joe.
Aku tahu aku salah, aku tahu aku telah mengkhianati Bang Joe kali ini. Padahal sebelumnya aku telah berjanji bahwa aku akan setia padanya, tapi aku telah melakukan ini, yaitu ada perasaan sayang terhadap orang lain disaat aku punya pacar.
Tapi....munculnya rasa sayangku ke Bang Ardy itu hanyalah sekedar rasa sayang biasa. Maksudnya, aku suka sama Bang Ardy, tapi cuman dari fisiknya saja. Keinginanku untuk menyayangi Bang Ardy adalah, aku hanya ingin sekedar sayang sebagai abang adik saja. Dulu sih, aku sering curhat sama Bang Ardy, ya, cerita semuanya deh. Jadi aku berharap aku bisa tetap dekat sama Bang Ardy hanya sebatas sayang abang adik.
Tapi aku juga kurang paham gimana sih sayang abang adik itu, disaat aku punya pacar? Hmmm...mungkin bagiku aku hanya ingin lebih akrab, lebih dekat, jadi kalo aku ada masalah dengan Bang Joe, aku bisa curhat ke Bang Ardy, karena untuk saat ini aku gak punya teman curhat. Dulu sih ada 2 teman kuliahku, tapi sekarang udah jarang ngebahas atau curhat-curhat kayak gini karena kesibukan masing-masing.
Bang Ardy pun tetap menggenggam tanganku hingga film selesai diputar, dan saat itu pikiranku masih terganggu oleh perasaanku yang semakin suka dengan Bang Ardy.
Akhirnya kami pun melangkahkan kaki keluar menuju parkiran motor. Sepanjang perjalanan dari ruang bioskop ke parkiran motor Amplaz, tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut kami masing-masing. Kami hanya diam, terkadang menatap satu sama lain, namun tetap saja tidak satupun dari kami yang memulai pembicaraan. Setelah sampai di parkiran motor, aku pun kembali menghidupkan motorku, memakai jaket kami masing-masing, dan kami pun kembali melaju menuju Hotel X tempat Bang Ardy menginap.
Sepanjang perjalanan dari Amplaz menuju Hotel X, pikiranku masih dihantui oleh kejadian yang terjadi pada kami ketika di dalam bioskop tadi. Di satu sisi, aku senang ketika Bang Ardy memegang tanganku, dan jantungku semakin berdetak kencang. Namun di satu sisi, ada perasaan yang tertahan, yang harus aku ungkapkan kepada Bang Ardy.
Aku ingin mengungkapkan ke Bang Ardy bahwa aku suka dengan dia, dan aku pengen bisa sayang ke Bang Ardy, namun hanya sebatas abang adik saja. Aku tidak berharap yang muluk-muluk, juga tidak berharap yang lebih kepadanya.
Aku bingung, apa aku harus mengungkapkannya ke Bang Ardy atau tidak? Iya? Tidak? Iya? Tidak? Itulah yang kupikirkan selama perjalanan pulang.
Sesampainya di dekat Hotel X, akhirnya aku memutuskan untuk mengatakannya kepada Bang Ardy, daripada aku memendam perasaan yang gak jelas ini, lebih baik diungkapin biar rasanya lega.
"Bang, aku mau ngungkapin sesuatu ke abang." ujarku dengan nada yang cukup pelan.
"Mau ngomong apa dek?"
"Hmmm.....aku cuman pengen bilang...abang tau kan...sejak pertama kali aku mengenal abang, aku udah suka sama abang? Ya, aku cuman sekedar suka. Cuman kita kan gak pernah ketemuan. Kita ya cuman sebatas curhat aja. Itupun selama beberapa bulan ini kita gak pernah saling kontak, gak pernah lagi BBMan, sampai suatu saat abang telpon aku kalo abang lagi di Jogja, dan pengen ketemu aku."
"Iya dek, abang tau kok. Terus kenapa?"
"Ya, sejak pertama kali kita ketemu kemarin, sampai sekarang, aku makin suka dengan abang. Terutama pas kita pegangan tangan di bioskop tadi, perasaanku gak karuan. Tapi....aku boleh gak untuk sayang sama abang? Ya, aku cuman sekedar sayang sebagai abang adik aja, bukan sayang yang mengarah ke cinta gitu."
"Iya, gak apa-apa kok dek. Abang juga berharap kita bisa lebih deket kok. Ya, kalo sayang sebagai abang adik, ya gak apa-apa lah dek. Ya adek tahu kan, abang pengen fokus dengan pacar abang yang ada di Medan itu. Rencananya tahun depan kami mau nikah sama dia. Lagian, di satu sisi, adek juga tau kan kalo abang masih kangen, masih teringat terus sama mantan abang yang ada di Jakarta itu...", ujar Bang Ardy.
"Iya bang. Aku ngerti kok. Makanya itu, aku gak mungkin itu sayang lebih ke abang. Aku juga masih punya Bang Joe yang sangat ku sayangi dan ku cintai. Ya, aku sayang abang, sebagai abangku. Gimana bang?"
"Ya menurutku sih, gak apa-apa. Cuman ya adek fokus sama Bang Joe aja. Adek sayang kan sama Bang Joe? Adek cinta kan? Ya, kalo adek mau curhat sama abang, silahkan aja. Abang senang kok dicurhatin. Kalo adek ada masalah, ceritain aja ke abang. Siapa tau abang bisa bantu", ujar Bang Ardy dengan senyumannya yang khas itu.
Akhirnya kami pun melangkahkan kaki keluar menuju parkiran motor. Sepanjang perjalanan dari ruang bioskop ke parkiran motor Amplaz, tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut kami masing-masing. Kami hanya diam, terkadang menatap satu sama lain, namun tetap saja tidak satupun dari kami yang memulai pembicaraan. Setelah sampai di parkiran motor, aku pun kembali menghidupkan motorku, memakai jaket kami masing-masing, dan kami pun kembali melaju menuju Hotel X tempat Bang Ardy menginap.
Sepanjang perjalanan dari Amplaz menuju Hotel X, pikiranku masih dihantui oleh kejadian yang terjadi pada kami ketika di dalam bioskop tadi. Di satu sisi, aku senang ketika Bang Ardy memegang tanganku, dan jantungku semakin berdetak kencang. Namun di satu sisi, ada perasaan yang tertahan, yang harus aku ungkapkan kepada Bang Ardy.
Aku ingin mengungkapkan ke Bang Ardy bahwa aku suka dengan dia, dan aku pengen bisa sayang ke Bang Ardy, namun hanya sebatas abang adik saja. Aku tidak berharap yang muluk-muluk, juga tidak berharap yang lebih kepadanya.
Aku bingung, apa aku harus mengungkapkannya ke Bang Ardy atau tidak? Iya? Tidak? Iya? Tidak? Itulah yang kupikirkan selama perjalanan pulang.
Sesampainya di dekat Hotel X, akhirnya aku memutuskan untuk mengatakannya kepada Bang Ardy, daripada aku memendam perasaan yang gak jelas ini, lebih baik diungkapin biar rasanya lega.
"Bang, aku mau ngungkapin sesuatu ke abang." ujarku dengan nada yang cukup pelan.
"Mau ngomong apa dek?"
"Hmmm.....aku cuman pengen bilang...abang tau kan...sejak pertama kali aku mengenal abang, aku udah suka sama abang? Ya, aku cuman sekedar suka. Cuman kita kan gak pernah ketemuan. Kita ya cuman sebatas curhat aja. Itupun selama beberapa bulan ini kita gak pernah saling kontak, gak pernah lagi BBMan, sampai suatu saat abang telpon aku kalo abang lagi di Jogja, dan pengen ketemu aku."
"Iya dek, abang tau kok. Terus kenapa?"
"Ya, sejak pertama kali kita ketemu kemarin, sampai sekarang, aku makin suka dengan abang. Terutama pas kita pegangan tangan di bioskop tadi, perasaanku gak karuan. Tapi....aku boleh gak untuk sayang sama abang? Ya, aku cuman sekedar sayang sebagai abang adik aja, bukan sayang yang mengarah ke cinta gitu."
"Iya, gak apa-apa kok dek. Abang juga berharap kita bisa lebih deket kok. Ya, kalo sayang sebagai abang adik, ya gak apa-apa lah dek. Ya adek tahu kan, abang pengen fokus dengan pacar abang yang ada di Medan itu. Rencananya tahun depan kami mau nikah sama dia. Lagian, di satu sisi, adek juga tau kan kalo abang masih kangen, masih teringat terus sama mantan abang yang ada di Jakarta itu...", ujar Bang Ardy.
"Iya bang. Aku ngerti kok. Makanya itu, aku gak mungkin itu sayang lebih ke abang. Aku juga masih punya Bang Joe yang sangat ku sayangi dan ku cintai. Ya, aku sayang abang, sebagai abangku. Gimana bang?"
"Ya menurutku sih, gak apa-apa. Cuman ya adek fokus sama Bang Joe aja. Adek sayang kan sama Bang Joe? Adek cinta kan? Ya, kalo adek mau curhat sama abang, silahkan aja. Abang senang kok dicurhatin. Kalo adek ada masalah, ceritain aja ke abang. Siapa tau abang bisa bantu", ujar Bang Ardy dengan senyumannya yang khas itu.
"Iya bang, makasih banyak ya. Yaudah deh, aku pulang dulu ya bang."
"Oke dek. Makasih ya udah nemenin abang selama abang di Jogja. Makasih banget. Jaga diri adek baik-baik di sini, belajar yang bener, kuliah yang bener, biar nanti bisa kerja di Jakarta, bisa ketemu sama Bang Joe, kalo bisa, tinggal bareng deh sama dia."
"Hahahaha. Amiiiinnn...tapi, masa tujuanku untuk kuliah yang bener kok mesti harus tinggal dengan Bang Joe?"
"Ya kan bisa sekalian. Kerjaan dapet gaji gede, trus tinggal bareng Bang Joe. Apa lagi coba yang kurang."
"Hahaha. terserah abang deh. Yang penting doanya yang baik, jangan yang jahat-jahat."
"Iyaaaaa", jawab Bang Ardy sambil memencet hidungku yang pesek ini.
"Yaudah bang, pulang dulu ya. Assalamu'alaikum.
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati di jalan ya. Salam ya buat Bang Joe. Moga kalian langgeng terus"
"Aaamiiiinnn..."
"Oke dek. Makasih ya udah nemenin abang selama abang di Jogja. Makasih banget. Jaga diri adek baik-baik di sini, belajar yang bener, kuliah yang bener, biar nanti bisa kerja di Jakarta, bisa ketemu sama Bang Joe, kalo bisa, tinggal bareng deh sama dia."
"Hahahaha. Amiiiinnn...tapi, masa tujuanku untuk kuliah yang bener kok mesti harus tinggal dengan Bang Joe?"
"Ya kan bisa sekalian. Kerjaan dapet gaji gede, trus tinggal bareng Bang Joe. Apa lagi coba yang kurang."
"Hahaha. terserah abang deh. Yang penting doanya yang baik, jangan yang jahat-jahat."
"Iyaaaaa", jawab Bang Ardy sambil memencet hidungku yang pesek ini.
"Yaudah bang, pulang dulu ya. Assalamu'alaikum.
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati di jalan ya. Salam ya buat Bang Joe. Moga kalian langgeng terus"
"Aaamiiiinnn..."
Akhirnya aku pun menghidupkan motorku dan meninggalkan Bang Ardy, namun besok Bang Ardy yang akan meninggalkanku di Kota Yogyakarta ini karena besok dia sudah kembali ke Jakarta.
Aku cukup lega sudah mengungkapkannya kepada Bang Ardy. Ya, aku suka dengannya, dan aku sayang dengannya sebagai abang adik, dan aku tidak berharap lebih kepadanya, karena aku menyadari bagaimana kondisiku dan bagaimana kondisinya. Dia harus fokus dengan kerjaan dan pernikahannya, dan dia masih dibayangi oleh mantannya. Sedangkan aku, masih punya Bang Joe, dan aku punya lebih banyak kegiatan kuliah dan organisasi dibandingkan dengan semester-semester sebelumnya.
Aku cukup lega sudah mengungkapkannya kepada Bang Ardy. Ya, aku suka dengannya, dan aku sayang dengannya sebagai abang adik, dan aku tidak berharap lebih kepadanya, karena aku menyadari bagaimana kondisiku dan bagaimana kondisinya. Dia harus fokus dengan kerjaan dan pernikahannya, dan dia masih dibayangi oleh mantannya. Sedangkan aku, masih punya Bang Joe, dan aku punya lebih banyak kegiatan kuliah dan organisasi dibandingkan dengan semester-semester sebelumnya.
Ya, sudah ku ungkapkan, tapi aku gak mau pusing dengan apa yang telah aku katakan tadi. Maksudku, aku juga gak mau mengganggu kehidupan Bang Ardy di sana, sehingga aku memutuskan untuk mengontak Bang Ardy ketika aku butuh curhat saja, karena kalau aku dan Bang Ardy terus berkomunikasi, jelas akan mengganggu hubunganku dengan Bang Joe.
Kepada Bang Ardy, aku cukup senang bertemu denganmu.
This night is sparkling, don't you let it go
This night is sparkling, don't you let it go
I'm wonderstruck, blushing all the way home.
I'll spend forever, wondering if you knew...
I was enchanted to meet you...
Dan kepada Bang Joe....maaf aku telah berbohong padamu...
Dan kepada Bang Joe....maaf aku telah berbohong padamu...
Walaupun aku suka dengan Bang Ardy, itu hanyalah perasaan suka. Rasa sukaku, sayangku, dan cintaku padamu takkan pernah tergantikan oleh siapapun...
I liked you, Bang Ardy, but I like, I miss, and I love Bang Joe more than any friends.
THE END
Saya sangat suka ceritanya...
ReplyDeletekemarin saya ada di jogja juga 3 hari 1-3 mei.....
sayang sekali gak bisa di ajak kek bang ardy itu....
saya ada di penikmatom@yahoo.co.id cari by FB yah.... :)